Ada yang masih ingat kasus Y2K (Year 2 Kilo atau Year 2000)? Kejadian tersebut akibat adanya perubahan sistem digit tahun pada sistem komputer antara tahun 1999 ke 2000. Sebelum perubahan tahun 2000, pada tahun 1999 digit tahun ditulis “hanya 99” sebagai arti tahun 1999. Andai tidak ada kasus Y2K, maka tahun 2000 menjadi “tahun 00”. Apa yang terjadi bila Anda bertransaksi bulan Januari tahun 2000 tanpa ada kasus Y2K? Maka transaksi Anda akan menjadi di Januari 1900. Saat itu terjadi perubahan besar-besaran sistem “century” pada bahasa pemprograman menjadi 4 digit. Saat itu sistem komputer AS400 digeser oleh Platinum2000. Jadi tanpa kita sadari, revolusi industri 4.0 sudah dimulai sejak kasus Y2K ada.
Era Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri 4.0 adalah proses kelanjutan perubahan tahap automatisasi pada revolusi industri 3.0 dalam kehidupan yang bertumpu kepada sistem jaringan internet.
Inilah yang akan dirasakan di lapangan akibat revolusi indutri 4.0, yakni:
1. Bergesernya layanan konvensional menjadi online. Seperti ojek online, taxi online, pasar online, hiburan dll.
2. Menurunnya perusahaan ritel besar dan banyak digantikan oleh sistem online.
3. Terbukanya kerjasama personal dengan sesama pengguna internet tanpa ada batas negara.
4. Adanya pergeseran etika sosial dalam pergaulan masyarakat yang disebut phubbing. Phubbing (Phone Snubbing) adalah sebuah istilah tindakan acuh tak acuh seseorang di dalam sebuah lingkungan karena lebih fokus pada gadged dari pada membangun sebuah percakapan.
5. Kesempatan berkarya untuk kaum disabilitas karena terbantu sistem yang serba online akibat sudah adanya penggunaan mesin kecerdasan buatan (artificial intellegence = AI) disegala bidang.
Ada beberapa catatan penting untuk dunia pendidikan dalam menyambut revolusi 4.0, seperti:
A. Era Disrupsi Teknologi Revolusi Industri 4.0
1. Sebagian besar perusahaan menggunakan teknologi untuk menjual produk mereka secara online (The Economist, 2017).
2. Semakin pentingnya kecakapan sosial (social skills) dalam bekerja (The Economist, 2017).
3. >55 % organisasi menyatakan bahwa digital talent gap semakin lebar (LinkedIn, 2017)
4. Indonesia perlu meningkatkan kualitas keterampilan tenaga kerja dengan teknologi digital (Parray, ILO, 2017).
B. Literasi Era 4.0
Agar lulusan bisa kompetitif, kurikulum perlu orientasi baru, sebab adanya Era Revolusi Industri 4.0, tidak hanya cukup Literasi Lama (membaca, menulis, & matematika) sebagai modal dasar untuk berkiprah di masyarakat menurut Ahmad, I, 2018 (Aoun, MIT, 2017). 3 Kelompok/Jenis literasi era revolusi industri 4.0:
1. Literasi Data: Kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi (Big Data) di dunia digital.
2. Literasi Teknologi: Memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (Coding, Artificial Intelligence, & Engineering Principles).
3. Literasi Manusia: Humanities, Komunikasi, & Desain.
C. Kebijakan Perguruan Tinggi Era Revolusi Industri 4.0
1. Paradigma Tri Darma Perguruan Tinggi harus diselaraskan dengan era industri 4.0.
2. Reorientasi Kurikulum:
• Literasi baru (big data, teknologi/coding, humanities) dikembangkan dan diajarkan.
• Kegiatan ekstra kurikuler untuk pengembangan kepemimpinan dan bekerja dalam tim agar terus dikembangkan.
• Entrepreneurship dan internship agar diwajibkan.
3. Hybrid/Blended Learning, OnlineMenerapkan sistem pengajaran Hybrid/Blended Learning & Online.
4. Hibah dan Bimtek dari Belmawa untuk reorientasi kurikulum (GEN-RI 4.0) untuk 400 PT.
Menurut Muhadjir Effendy (Mendikbud) bidang pendidikan perlu merevisi kurikulum dengan menambahkan lima kompetensi dalam memasuki era revolusi industri 4.0, yakni:
1. Diharapkan peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis.
2. Diharapkan peserta didik memiliki kreatifitas dan memiliki kemampuan yang inovatif.
3. Perlu adanya kemampuan dan keterampilan berkomunikasi yang dimiliki peserta didik.
4. Bekerjasama dan berkolaborasi.
5. Peserta didik memiliki kepercayaan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar